15 Agustus 2009

RENUNGAN KEMERDEKAAN

oleh : Jabbar Hubbi












Hari ini, memasuki enam puluh empat tahun
sejak Indonesia diproklamirkan sebagai bangsa yang merdeka.
Aku masih selalu berpikir
apakah negeri ini benar-benar telah merdeka?
merdeka bangsanya……..
merdeka anak-anak bangsanya……

Telingaku tak pernah sepi dari teriakan-teriakan kemerdekaan
yang menggegap gempita di angkasa.
Sementara telingaku juga tak pernah sepi
dari lolongan jerit jutaan rakyat miskin
yang berbondong-bondong memburu nasib
yang meriap-riap di emperan toko
yang bertumpuk di kolong jembatan
‘melungker’ kedinginan
berkawan lapar yang menyayat
yang rintihnya menggetar di langit dadaku
lebih menggelegar dibanding teriakan-teriakan “MERDEKA”.

Mereka tak lagi mampu berteriak “MERDEKA”
karena bagi mereka, “MERDEKA” adalah
ketika perut tak lagi dijajah rasa lapar
ketika nasib tak lagi menterpurukkan dalam kesialan
ketika mereka bisa tidur nyenyak
tanpa rasa takut di’gelandang’ petugas ketertiban.

Aku masih selalu bertanya-tanya
apa ‘MERDEKA’ hanya tinggal kata
yang hampa tanpa makna
yang semakin menghilang di luas angkasa.

Negeriku subur, gemah ripah loh jinawi
tapi tiap tahun kusaksikan
ratusan perempuan bangsaku
dikirim ke luar negeri
sebagai babu
yang dihinakan.
Karena tak bisa mengais rejeki
di negeri sendiri.

“Dan aku, masih selalu mencari
dengan benakku sendiri
yang tak pernah henti
bernyanyi dalam sepi”

Apa sebuah kemerdekaan,
bila kekuasaan menjadi lebih berarti
daripada tetesan darah para pahlawan,
yang mengalir di tiap jengkal bumi
dalam memperjuangkan kemerdekaan,
yang hanya terkenang dalam kibaran bendera.
Bila tujuan kekuasaan adalah menguasai.
dan perjuangan kekuasaan adalah
mempertahankan kekuasaan.

Apa artinya kemerdekaan,
bila pengorbanan para pahlawan
dalam meperjuangkan kemerdekaan
dimakmurkan dengan
enyaman nikmat dari pengorbanan
yang hanya kenal mengorbankan.

Apa artinya kemerdekaan,
bila kemerdekaan hanya ditandai dengan
bungkus-bungkus seremonial
yang menghabiskan biaya bermiliar-miliar.
Sementara di seluas bumi Indonesia
Masih berderet-deret kepala,
yang menyemangatkan doktrin perbudakan.
Dan kemerdekaan diartikan sebagai
kebebasan berperilaku,
yang tidak lagi peduli
dengan pagar norma-norma.

Apa artinya kemerdekaan
bila kemerdekaan dimaknai sebagai
mengembangkan budaya yang latah
yang tanpa basa-basi
di telan mentah-mentah.
Dan mental-mental inlander
masih menjadi pakaian kebanggaan.

Apa masih sebuah kemerdekaan
bila nafas penjajahan
masih deras dalam alunan
sungai kekuasaan.

?


Jombang, 080809

.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar