09 Agustus 2009

Apakah Tabarruk termasuk Bid'ah..?

oleh : M. Abdullah Rif'an Nashir

Definisi Tabarruk :
Dari segi bahasa : kata ‘tabarruk’ berarti “mencari berkah” (lihat: kitab Lisan al-Arab jilid 10 halaman 390 dan mafahimnya Sayyid Mailiki Makkah yg berjudul al Tabarruk). Dengan begitu, sewaktu dikatakan bahwa “mencari berkah terhadap sesuatu” berarti “keinginan mengambil berkah dari sesuatu tadi”.
Atas dasar itulah maka definisi tabarruk dari sisi istilah adalah : “Mengharap berkah dari sesuatu ataupun hal-hal lain yang Allah swt telah memberikan keistimewaan dan kedudukan khusus kepadanya”.
Salah satu dari penjelasan ajaran agama yang menjadi kesepakatan segenap kelompok muslim adalah berkaitan dengan pengkhususan peribadatan kepada Allah swt. Hal ini termasuk dari asas-asas dasar agama. Islam tidak memperkenankan pengikutnya untuk menyembah selain Allah swt. Ini adalah esensi dasar ajaran agama para nabi dan rasul terdahulu, terkhusus agama Muhammad saw yaitu agama islam. Islam tidak mengizinkan penyembahan terhadap Malaikat, nabi ataupun rasul, apalagi berhala. Islam akan menghukumi dan mengambil sikap terhadap pelaku peribadatan selain Allah swt tersebut sebagai kafir yang musyrik.
Salah satu hal yang dinyatakan syirik oleh kelompok dan aliran Wahaby (salafy) adalah pengambilan berkah (tabarruk) dari sesuatu yang dianggap sakral. Dengan tuduhan itu mereka dengan seenaknya lantas menyerang kaum muslim sebagai pelaku bid’ah ataupun syirik. Dalam berbagai kesempatan ulama mereka mengeluarkan fatwa-fatwa yang menyebutkan seperti apa yang telah disebutkan tadi, pandangan penulis terhadarp komentar yang cenderung lebih membit'ahkan pelaku tabarruk kurang pas saja di karnakan argumentasi yg menyatakan tabarruk itu termasuk bid'ah kurang mencakup semua unsur yg ada dalam tabarruk sendiri, dan mereka belum tau persis apa motif dan niat dari tabarruk sendiri sehingga bisa menfonis bawa pelaku tabarukan itu termasuk bida'ah, adapun contoh contoh yang mungkin di kategorikan tabarrukan yg mengandung unsur bid'ah sebagai berikut :

Satu contoh ini di kutip dari buku salah satu ulama' wahaby (tapi saya lupa namanaya),
Beliau menyontohkan, meletakkan al qur'an di dalam kendaraan dengan bertujuan mencari berkah atau dengan kata lain tabarruk itu termasuk perkara yg tidak ada asarnya atau tidak mempunyai efect apa apa itu di pandang dari segi sari'at islam........ dengan itu maka itu (mencari berkah) bisa di kategorikan bid'ah menurut sebagian ulamak.
yah itu cuman sebagian kecil tentang anggapan sebagian ulamak bahwa tabarrukan itu termasuk bid'ah.
saya kira perlu di pertimbangakan lagi tentang historinya, para sahabat yang tergolong salafussolih mereka telah mengambil berkah dari Nabi dengan menyentuh tubuh (jasad) Rasul, mencium tangan beliau, meminum sisa minuman beliau, mengambil sisa air wudhu, memunguti rambut beliau, meminta berkah dari Rasul untuk bayi-bayi mereka dan lain sebagainya.

Imam al-Muslim dalam kitab Shohih al-Muslim, menjelaskan secara gamblang tentang prilaku para Salaf Saleh dalam mengambil berkah Rasul untuk anak-anak mereka.

Apakah sampai sini kaum Salafy masih tetap memaksakan diri untuk mengatakan bahwa bertabaruk kepada pribadi mulia dan pemilik keutamaan sedang ia masih hidup adalah sesuatu yang masuk kategori Syirik atau Bid’ah? Mungkinkah para Salaf Saleh (sahabat Rasul) semua tadi adalah pelaku syirik dan bid’ah? Mungkinkah Rasul membiarkan bahkan meridhoi para sahabatnya melakukan syirik dan bid’ah?

Banyak bukti bukti yg terbilang otentik tentang para sahabat yg tabarruk kepada nabi, pada masa nabi maseh hidup ataupun pasca kematian nabi, di sebagian hadis di dalam kitab sohih muslim banyak yg menjelaskan tentang para sahabat yg tabarruk kepada nabi ketika beliau masih hidup, dan juga tabarruk para sahabat untuk para anaknya, dan tabarruk para sahabat dari tubuh nabi muhammad, begitu juga tabarruk dengan menggunaka air wudhunya nabi muhammad, dan maseh banyak lagi.

Memandang dari kejadian yg kita lihat pada masa para sahabat, kita juga tidak boleh menafikan kata tabarruk di identikan dengan perkara yg tidak ada landasan nya di dalam syari'at islam kita juga harus memandang niat dari pada tabarruk sendiri.

Saya kira itu perlu di kaji lebih dalam lagi dan penulis menganjurkan bagi para pembaca yg tertarik untuk lebih memahami arti daripada tabarruk

Bisa di baca di kitab kecil nya Sayyid Muhammad al Maliki yg berdujul al Tabarruk

kaum sarungan
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar